Sunday, June 9, 2013

Cara Mengatasi Kegalauan dengan Move On ala Islami

Cara Mengatasi Kegalauan dengan Move On ala Islami - Anak muda terkadang memang ribet, apalagi yang sering galau. Masalahnya, anak muda yang galau ini tidak hanya menyusahkan diri sendiri, tetapi juga menyusahkan bapak-ibunya, kakak-adiknya, kakek-neneknya, paman-bibinya, tetangganya, RT-RW-nya, dan banyak lagi. (alay banget yaa .. hehehe)
Galau ditandai dengan banyak melamun, menyendiri di kamar sambil mendengarkan lagu-lagu mellow, menganggap diri paling malang sedunia, sehingga paling layak dikasihani, dan berharap ada keajaiban yang datang sebagaimana yang bisa dilihat di sinetron-sinetron Korea. Ini dinamakan galau karena cinta, karena cinta bertepuk sebelah tangan.

Entah mengapa, saya pribadi menganggap galau cinta ini merupakan sebuah keegoisan diri, seolah-olah menganggap diri adalah tokoh utama komik, tak bisa menerima kenyataan, atau malah mendramatisasi kenyataan, seolah hidup adalah film atau sinetron di mana dia adalah pemeran utamanya.

Merasa dengan menyiksa diri, lantas ada yang bersimpati kepadanya dan akhirnya happy ending kayak cerita-cerita romantisme ndeso. Menyiksa diri demi mendapatkan perhatian dikira keren, saya sebut itu perilaku tak cerdas yang sangat akut.

But yeah, tak semua galau itu negatif. Ada juga galau yang mesti dipelihara, galau yang positif. Galau yang menyelamatkan kita, baik di dunia maupun akhirat. Di sini akan dibahas jenis-jenis galau, bagaimana memelihara galau positif dan bagaimana nge-block yang namanya galau negatif (report spam sekalian).

Ok, sekarang yang penting adalah mengatasi rasa galau, resah, gelisah, dilema, whatever you named it. Manusia ciptaan Allah SWT. diberi satu hal yang juga diberikan kepada makhluk hidup yang lain, yaitu kemampuan untuk merasa. Dalam permbahasan kita ini dinamakan dengan Naluri.

Pada manusia, Naluri secara penampakan setidaknya ada 3 bagian, yaitu :
  1. Naluri untuk mempertahankan eksistensi diri
  2. Naluri untuk melanjutkan keturunan
  3. Naluri untuk mengagungkan sesuatu

Naluri ini fitrah ada dalam diri manusia, bukan merupakan bagian dari kelemahan, namun perlengkapan yang diberikan oleh Allah SWT. untuk menghamba kepadanya secara sempurna. Naluri ini tak dapat dilihat dari eksistensinya, namun dapat diketahui adanya dari penampakan-penampakan yang bisa diindera (please do not associate it with that kind of 'penampakan' will you?) 

Manusia memiliki naluri mempertahankan eksistensi diri, yang akan muncul bila eksistensinya terancam. Sebut saja orang marah bila dihina, kesal bila diabaikan, senang dipuji, saat diberikan foto sekelas selalu mencari wajahnya lebih dulu di antara kerumunan foto. Itu penampakan naluri mempertahankan eksistensi diri. Naluri ini bersifat egosentris, yaitu mendahulukan diri dibandingkan dengan yang lain.

Selain itu, yang paling mudah diindera adalah naluri untuk melanjutkan keturunan, sometimes we call it love to make it simple. Rasa sayang kepada orangtua, kepada adik-kakak, dan keluarga lainnya, kepada lawan jenis, bahkan kepada manusia secara keseluruhan. Ini naluri yang kedua, dan dia lebih bersifat anti-individual. Seorang ibu rela tidak makan demi anaknya, seorang suami bekerja keras demi makanan yang halal. Pengorbanan kepada selain diri sendiri adalah bentuk yang sering kita lihat dalam naluri ini.

Sedangkan jenis naluri yang ketiga adalah naluri manusia untuk menyucikan sesuatu, menganggapnya agung dan besar. Pada zaman nenek moyang kita, kita melihat penampakan ini ketika manusia menyembah matahari, batu, pohon besar, dan segala sesuatu yang membuatnya takjub. Manusia merasa perlu untuk mengagungkan dan menyembah sesuatu, merasa kecil di hadapan sesuatu. Mudahnya, naluri yang ketiga ini adalah naluri untuk ber-Tuhan.

Nah, dari manakah datangnya galau,resah, gelisah, dilema itu?

Tidak diragukan lagi, datangnya adalah dari naluri-naluri yang tak mendapatkan pemenuhan ini. Berbeda dengan kebutuhan jasmani yang bila tidak dipenuhi akan mengakibatkan kematian atau kerusakan fisik. Keinginan naluri yang tak dipenuhi tiada pernah mengakibatkan kerusakan fisik atau kematian, namun munculnya rasa galau tadi. Kecuali, Anda memutuskan untuk lompat dari ujung tower sutet, itu lain cerita. (hahaha ..)

Setiap naluri yang tak terpenuhi, maka galau akan terasa. Itu yang harus kita pahami.
And the good news is, unlike kebutuhan jasmani yang tak bisa ditawar-tawar, keinginan naluri fully under our control, bisa kita kendalikan, sehingga kita bisa mengusir galau dan mengundang galau sesuka hati, mengalihkan galau ataupun mentransfer galau. Serius, I really meant it.

Nah, masalah galau kepada Sang Pencipta, tentu tak perlu dikhawatirkan, simpan saja dan kembangkan, it's really have such a feelings toward Allah, no need to worry.

Tapi, kita coba bahas galau yang dialami anak muda zaman sekarang, galau karena cinta. Pada dasarnya, sebuah naluri (apapun nalurinya) akan menguat saat kita hadirkan rangsangan terus-menerus. Sebaliknya, akan melemah dan hilang saat kita tak menghadirkan rangsangan itu lagi. Ini merupakan dasar dari perasaan.

"Lalu, bagaimana hilangkan galau karena cinta?"

Jawabannya mudah. Menikahlah saudaraku, maka engkau akan selamat dari galau.
"Lha, saya kan masih sekolah?"
"Lha, saya kan masih kuliah?"
"Lha, saya kan masih bukan manusia?" (cekikik ..)

Nah, kalau sadar belum sanggup menikah, mengapa memperkuat naluri tentang yang satu ini? Berarti kita bertaruh dalam permainan yang belum bisa kita menangkan, berjalan dalam jalur yang belum bisa kita tempuh.

Maka solusinya, alihkan naluri itu. Caranya, jangan liat-liat, jangan bayang-bayangin (emang bayangan), jangan denger-denger, jangan baca-baca tentangnya, jangan deket-deket, jangan ngobrol-ngobrol, jangan pinjem-pinjem catetan, jangan duduk-duduk dampingan, jangan kerja-kerja kelompok fiktif. Dijamin, takkan muncul rasa yang seharusnya tak ada, Insya Allah.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Cara Mengatasi Kegalauan dengan Move On ala Islami

18 komentar:

  1. Yap hahaha pikiran saya udah ke nikah :)

    ReplyDelete
  2. wihh postingannya keren,,,sukses ya :)

    ReplyDelete
  3. Kalau harus ketemu gimana?

    *soalnya dia guru, hehehe.

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh, pake topeng aja kalo gitu neng :D
      hehehe

      Delete
  4. Ini niih yang benar2 wajib kita share dan ulik terus. Moga gnerasi muda kita nggak kebelinger. Dan galau truss

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hehe iya mas, zaman sekarang udah serba kebarat-baratan. Pacaran jadi pelipur kesepian, ketika dikhianati malah berasa ling-lung tak tentu arah (galau) :D

      Delete
  5. Ingin Cari Kaos Dakwah Terbaik, Disini tempatnya:
    Kaos Islami Dakwah

    Mau Cari Bacaan Cinta Generasi Milenia Indonesia mengasikkan, disini tempatnya:
    Hati yang Tulus Tak Bisa Direkayasa

    ReplyDelete

Bismillaah ..
Anda boleh meninggalkan komentar di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)

Terima Kasih.