Shalat fardhu 'Ashar dilaksanakan pada saat matahari mulai tergelincir ke peraduannya di arah barat. Waktu sudah mulai sore, seperti juga sorenya waktu perjalanan hidup kita. Waktu 'Ashar sebenarnya menyiratkan adanya waktu peralihan, di mana setiap manusia sesungguhnya harus mulai memikirkan hal yang lain dalam hidupnya. Jangan hanya sibuk dalam masalah duniawi saja yang sifatnya sementara, tapi juga harus memikirkan tentang kehidupan kelak di akhirat yang sifatnya kekal abadi.
Jangan lengah terhadap Sang Malaikat Maut yang sewaktu-waktu akan datang menjemput. Entah kapan waktunya? Tak ada seorangpun manusia yang mengetahuinya kecuali Allah SWT.
Apa yang dimulai dan dikerjakan dengan penuh semangat, pada perjalanan titik shalat fardhu Dzuhur, seperti mengerjakan kebajikan bagi dirinya sendiri, bagi keluarga dan juga bagi orang lain yang membutuhkan. Sudah semestinya harus tetap dilanjutkan di waktu 'Ashar ini. Bahkan kalau dapat ya dengan intensitas yang lebih tinggi lagi. Sebab, waktu 'Ashar merupakan gambaran dari sudah dekatnya waktu dengan akhir dari hidup kita.
Kalaupun selama ini kita lupa kepada-Nya, lupa dengan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai makhluk ciptaan-Nya, tapi janganlah merasa takut atau putus asa, walaupun harus memulai dari awal lagi. Inilah saatnya kita memulai lagi untuk memperbaiki diri, karena tidak ada kata terlambat bagi Allah. Bagi mereka yang memang ingin memperbaiki dirinya ke arah kebenaran sesuai dengan petunjuk-Nya di dalam Al Qur'an bahwa setiap manusia harus mempersiapkan dirinya untuk hari esok di Hari Akhirat.
Memang masih belum terlambat dan tidak pernah ada kata terlambat bagi kita untuk segera mengubahnya. Sebab, Allah akan selalu memberi kesempatan kepada siapapun yang ingin memperbaiki dirinya, sebagaimana disebutkan dalam Al Qur'an, QS. Al-Baqarah, 2: ayat 222:
"... Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat (memperbaiki dirinya) dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (222)."
Yang perlu dicatat bahwa juz ke-14 yang notabene mewakili Shalat Fardhu 'Ashar ini terdiri dari sebagian akhir surah Al-Hijr (surah ke-15 dalam Al Qur'an) yang artinya "Batu" dan surah An-Nahl (surah ke-16 dalam Al Qur'an) yang berarti "Lebah".
Jadi, walaupun kehidupan baru setelah pertobatan itu dimulai dari waktu 'Ashar sebagai gambaran waktu senja kehidupan kita, namun sesungguhnya tidak ada kata terlambat bagi-Nya untuk kita mau memulai lagi dari awal dalam rangka menorehkan tapak berupa nilai kebaikan di atas batu. Sebab, sesungguhnya batu harus ditempa lebih dulu supaya mempunyai arti di dalam kehidupan ini.
Batu yang nantinya akan menjadi batu nisan dari makam kita sendiri. Tapak yang kita torehkan tadi bisa saja berupa amal ibadah yang saleh, atau tapak berupa nilai kebaikan serta kebajikan, yang mana manfaatnya dapat dirasakan dengan rasa syukur oleh manusia lain di sekitar kita.
Semua itu harus dilakukan dengan tidak terburu-buru, melainkan dengan cara perlahan-lahan namun pasti, serta sebatas kemampuan maksimal yang dimilikinya. Ya, mesti dilakukan secara perlahan-lahan namun pasti, bagaikan proses berlubangnya sebuah batu yang terus menerus ditempa oleh tetesan air selama bertahun-tahun.
Walaupun nantinya nama kita tidak ditulis dengan Tinta Emas dalam sejarah perjalanan hidup manusia atau bangsa, tapi paling tidak nama kita dikenang di dalam lingkungan terdekat sebagai orang baik yang selalu taat kepada-Nya, dikenang sebagai orang yang selalu berbuat kebaikan dan kebajikan sesuai dengan petunjuk dan kehendak-Nya, atau juga akan dikenang dan diteladani oleh anak cucu dalam suatu kenangan manis yang mengharumkan nama keluarga.
Manis seperti rasa madu yang dihasilkan lebah sebagai personifikasi hewan yang selalu bekerja keras dan seakan tak pernah kenal kata berhenti. Madu dari kehidupan yang notabene adalah hasil dari perjuangan yang keras yang akan kita rasakan sendiri nikmatnya di dunia ini, dan juga di hari akhir nantinya. madu yang juga akan kita tinggalkan untuk menjadi obat penawar rindu bagi anak cucu dan orang lain dari generasi penerus yang masih hidup.
Para penyair mengatakan, ingin hidup seribu tahun lagi. Sebuah harapan yang sangat mustahil, karena umur manusia ada batasnya. Tetapi pada sisi lain, harapan itu dapat diwujudkan dalam bentuk lain. Bahkan, mungkin lebih dari sekedar seribu tahun, yaitu berupa :
"terus hidupnya nilai keteladanan dan kebaikan, serta ketakwaan kepada-Nya. Sebuah nilai keteladanan yang akan terus dikenang manusia lain sepanjang sejarah kemanusiaan itu masih ada di alam ini."
Seperti itulah kisi-kisi kandungan makna filosifis yang dikesankan oleh juz ke-14 ini sebagai perwakilan dari shalat fardhu 'Ashar yang tercantum dalam konsep Putaran Shalat.
0 komentar:
Post a Comment
Bismillaah ..
Anda boleh meninggalkan komentar di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)
Terima Kasih.