Monday, February 17, 2014

Shalat Fardhu 'Isya Diwakili oleh Juz 4

Shalat fardhu 'Isya adalah titik awal shalat fardhu yang dilaksanakan pada malam hari. Udara pada malam hari dapat dikatakan relatif lebih sejuk dibandingkan dengan udara pada siang hari. Keberadaan shalat fardhu 'Isya pada malam hari yang diwakili oleh juz ke-4 ini sejatinya mengingatkan kita tentang keberadaan manusia-manusia pertama yang diciptakan Allah SWT, yakni Nabi Adam as. sebagai laki-laki bersamaan dengan perempuan pasangannya, Siti Hawa ra, di mana ketika itu keduanya berada di suatu tempat tertentu yang dikenal dengan surga.

Dengan kata lain, titik shalat fardhu 'Isya dapat juga dipersamakan dengan titik awal dari keberadaan manusia di muka bumi dalam rangka menunaikan amanat kekhalifahan. Adapun amanat kekhalifahan tersebut yaitu untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah SWT. sebagai sebuah pasangan (laki-laki dan perempuan) sesuai dengan takdir yang telah ditetapkan Allah SWT. bagi manusia.

Di dalam Al Qur'an yakni QS. An-Najm, 53: ayat 45, menyebutkan bahwa laki-laki merupakan pasangan bagi perempuan, begitu juga sebaliknya. Ini merupakan fitrah penciptaan yang pada gilirannya akan mendorong munculnya rasa ketertarikan antara satu dengan lainnya, yakni di antara laki-laki dan perempuan, sehingga pada tahapan selanjutnya akan timbul kondisi adanya rasa saling membutuhkan di antara keduanya. Dengan adanya manusia lelaki dan perempuan yang saling membutuhkan itu, maka pada tahapan berikutnya akan terlahir usaha menjalin ikatan keluarga melalui pernikahan.

Dari hasil pernikahan itu akan diperoleh anak keturunan atau generasi penerus yang sangat penting bagi keberlangsungan kehidupan manusia di muka bumi. Karena itulah mengapa ikatan perkawinan di antara kedua laki-laki dengan perempuan yang sudah cukup umur serta berkemampuan untuk melaksanakannya sangatlah dianjurkan di dalam Islam.

Terkait hal ini dan demi kebaikan manusia itu sendiri, maka kemudian Islam mengajarkan beberapa persyaratan atau kinerja yang harus dipenuhi oleh mereka yang akan melaksanakan perkawinan tersebut. Sebagaimana telah diterangkan dalam Al Qur'an, QS. Al-Baqarah, 2: ayat 221, yang terjemahnnya berbunyi:

"Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya, wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.

Sesungguhnya, budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan seizin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran (221)."

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia tentu akan membutuhkan manusia lain di dalam kehidupannya. Dalam ruang lingkup yang kecil, manusia lain dibutuhkan untuk menjadi pasangannya dalam membina bahtera rumah tangga, sehingga diharapkan dapat menghasilkan keturunan sebagai generasi penerus.

Dalam ruang lingkup yang lebih besar, manusia juga membutuhkan manusia lainnya di dalam masyarakat untuk mengukuhkan jati dirinya sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi. Sebab, dengan kesadaran itulah manusia dapat mengangkat dirinya menjadi manusia yang bermartabat dan berguna, baik bagi keluarga maupun manusia lainnya.

Persis seperti halnya yang telah dilakukan Imraan pada keluarga dan masyarakatnya, sehingga Allah pun akhirnya memberikan penghormatan kepadanya, sebagaimana diterangkan dalam Al Qur'an, QS. Ali Imraan, 3: ayat 33, yang terjemahannya berbunyi:

"Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imraan melebihi segala umat (di masanya masing-masing) (33)."

Perlu dicatat bahwa sesungguhnya Imraan adalah manusia biasa. Dia bukan seorang nabi sebagaimana Adam as, Nuuh as dan Ibrahim as. Hanya saja, karena kesalehan, ketakwaan dan kepeduliannya kepada manusia lainnya, serta ketaatannya dalam melaksanakan semua yang diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yang dilarang Allah, yang semua itu dilakukan oleh Imraan sebagai wujud dari pengabdiannya secara total kepada Sang Khalik, maka Imraan beserta keluarganya diangkat derajatnya menjadi orang-orang yang patut diteladani perilakunya di dalam kehidupan ini, bahkan disejajarkan kedudukannya dengan para nabi, dan namanya pun diabadikan menjadi salah satu nama atau judul surah di dalam Al Qur'an, yakni Ali Imraan yang berarti "Keluarga Imraan".

Di samping semua itu, penting juga untuk dicatat di sini, bahwa Adam as. sebagai nabi yang pertama tentunya telah mewariskan ajaran agama tauhid kepada anak-anaknya. Nah, spirit perjuangan menanamkan ajaran tauhid inilah yang sejatinya juga menjadi salah satu pesan terpenting dari shalat fardhu 'Isyaa dalam posisinya sebagai titik awal Putaran Shalat.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : Shalat Fardhu 'Isya Diwakili oleh Juz 4

2 komentar:

  1. Wah, makasih gan.. saya baru tahu kalau sholat isya itu yang pertama, kirain shubuh

    Rahmat / rachmat.student.telkomuniversity.ac.id

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya pak, sholat isya' memang yang pertama, dari kata 'ISLAM' aja udah diketahui :)

      Delete

Bismillaah ..
Anda boleh meninggalkan komentar di blog ini dengan syarat :
1. Tidak mengandung SARA
2. Komentar SPAM dan JUNK akan dihapus
3. Tidak diperbolehkan menyertakan link aktif
4. Berkomentar dengan format (Name/URL)

Terima Kasih.