Valentine Day dalam Pandangan Islam
- Urusan yang satu ini memang tiada habisnya setiap tahun. Setiap kali
ada yang sadar akan bahaya virus merah jambu ini, setiap kali pula ada
generasi baru yang super polos menerima apa yang didakwahkan oleh kapitalis hedonis tentang apa yang harus mereka lakukan pada 14 Februari.

Remaja bukan lagi anak-anak, namun belum sampai dewasa, apalagi kolot. Anak baru gede (ABG), itulah bahasa gaulnya. "Apanya yang gede?" Ya semuanya, mulai dari badannya, tenaganya, juga nafsunya. Bahasa agamanya yakni sudah akil balig. Tadinya ketemu lawan jenis biasa-biasa saja, mendadak muncul rasa-rasa yang kurang biasa. Yaa, begitulah ..
Sebab,
rasa di antara lawan jenis itulah, orang bilang masa remaja merupakan
masa yang paling indah. Nikmat hidup sudah mulai terasa dan belum perlu
pikirkan nafkah. Senang berinteraksi dengan lawan jenis bisa diraih,
komitmen dan tanggung jawab belum perlu dipikirkan. "Apa saja yang indah saat remaja?"
Saat
muncul rasa cinta, kepikiran terus. Ingin dekat dengannya, ingin selalu
bersamanya. Sepertinya apa yang dia katakan berubah menjadi puisi
terindah, suaranya bagaikan senandung bidadari, dan keberadaannya
sendiri lebih penting daripada dunia dan seisinya. Halaaahh ...
Biasanya strategi pendekatan anak sekolah yang wajib, setelah muncul rasa-rasa ini ialah meminjam buku, atau strategi kolot lain, seperti belajar kelompok bersama (klise banget). Dilanjutkan dengan jalan-jalan bareng. Kalau ada yang sudah kecantol, yaa .. diajak nonton bareng.
Nah, di sini sudah mulai horor. Setelah berhasil diajak nonton bareng, biasanya pengen menyentuh, pengen pegang-pegang, pengen cium, pengen, pengen, pengen. Di ujung cerita, halim deh, eh ... hamil deh. Tiada kuat menanggung malu, akhirnya nyawa dalam kandungan direnggut paksa dengan aborsi. Na'ûdzubillâhi min dzâlik.
Banyak yang mengumbar nafsu bertopengkan cinta, padahal yang dicari adalah kenikmatan fisik belaka. Hal ini terjadi bukan hanya sekedar karena ada niat dan usaha lelaki, tapi juga wanita yang memberikan kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!
Bagi ramaja, interaksi lawan jenis memang paling menarik. Lebih menarik dari pada sapi yang lagi membajak sawah. Karena itulah kalangan-kalangan yang tidak suka kepada Islam terus-menerus mempropagandakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan interaksi lawan jenis remaja, baik itu hiburan visual-audio (seperti film, sinetron, atau bioskop), bisa juga hanya audio (seperti musik), atau sekalian visual-audio-kinetik (seperti pacaran, malah banyak kinetiknya).
Agar remaja generasi penerus Islam lalai dengan agamanya, mereka dihujani dengan doktrin-doktrin tentang cinta menyesatkan. Contoh yang paling mudah, yaitu Valentine Day.
Setiap 14 Februari, para remaja diarahkan untuk merayakan hari cinta, hari kasih sayang. Judulnya sih begitu, namun praktiknya tidak lebih dari hari syahwat dan maksiat.
Entah konsensus dari mana, tapi cinta hanya disertakan dengan kartu ucapan, cokelat dan bunga mawar, dengan harga yang tentunya tak murah. Merugikan yang punya cinta dan jelas menguntungkan pengusaha (yang bukan konon katanya, tapi memang meraup milyaran rupiah) dari bisnis syahwat ini.
Dari segi akidah, iman pun tergadai dengan adat kebiasaan yang bukan dari Islam. Dari segi kehormatan lebih parah lagi, Valentine Day sudah menjelma menjadi ajang pelepasan kehormatan secara massal.
Simak nasihat Allah dan Rasul-Nya kepada manusia berkaitan dengan Valentine Day dan perayaan lainnya yang bukan dari Islam dan segala budaya yang mengajak manusia mendewakan manusia serta nafsunya dan akhirnya meninggalkan Allah.
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu." (QS Al-Baqarah [2]:120)
"Kamu akan mengikuti sunnah-sunnah kaum sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, dan ketika mereka masuk ke lubang biawak pun, kalian tetap mengikutinya." Kami (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah! Apakah mereka itu kaum Yahudi dan kaum Nasrani?" Rasul menjawab: "Siapa lagi (kalau bukan mereka-pen)." (HR Al-Bukhari)
Inna lillâhi, ketika syahwat bertopengkan cinta, bagaikan setan bersolek. Namun sayang, mata remaja sulit terbuka karena ditutupi dunia fana.
Pertanyaannya, Valentine Day itu love or lust? Sayang atau syahwat?
Biasanya strategi pendekatan anak sekolah yang wajib, setelah muncul rasa-rasa ini ialah meminjam buku, atau strategi kolot lain, seperti belajar kelompok bersama (klise banget). Dilanjutkan dengan jalan-jalan bareng. Kalau ada yang sudah kecantol, yaa .. diajak nonton bareng.
Nah, di sini sudah mulai horor. Setelah berhasil diajak nonton bareng, biasanya pengen menyentuh, pengen pegang-pegang, pengen cium, pengen, pengen, pengen. Di ujung cerita, halim deh, eh ... hamil deh. Tiada kuat menanggung malu, akhirnya nyawa dalam kandungan direnggut paksa dengan aborsi. Na'ûdzubillâhi min dzâlik.
Banyak yang mengumbar nafsu bertopengkan cinta, padahal yang dicari adalah kenikmatan fisik belaka. Hal ini terjadi bukan hanya sekedar karena ada niat dan usaha lelaki, tapi juga wanita yang memberikan kesempatan. Waspadalah! Waspadalah!
Bagi ramaja, interaksi lawan jenis memang paling menarik. Lebih menarik dari pada sapi yang lagi membajak sawah. Karena itulah kalangan-kalangan yang tidak suka kepada Islam terus-menerus mempropagandakan segala sesuatu yang berkaitan dengan kenikmatan interaksi lawan jenis remaja, baik itu hiburan visual-audio (seperti film, sinetron, atau bioskop), bisa juga hanya audio (seperti musik), atau sekalian visual-audio-kinetik (seperti pacaran, malah banyak kinetiknya).
Agar remaja generasi penerus Islam lalai dengan agamanya, mereka dihujani dengan doktrin-doktrin tentang cinta menyesatkan. Contoh yang paling mudah, yaitu Valentine Day.
Setiap 14 Februari, para remaja diarahkan untuk merayakan hari cinta, hari kasih sayang. Judulnya sih begitu, namun praktiknya tidak lebih dari hari syahwat dan maksiat.
Entah konsensus dari mana, tapi cinta hanya disertakan dengan kartu ucapan, cokelat dan bunga mawar, dengan harga yang tentunya tak murah. Merugikan yang punya cinta dan jelas menguntungkan pengusaha (yang bukan konon katanya, tapi memang meraup milyaran rupiah) dari bisnis syahwat ini.
Dari segi akidah, iman pun tergadai dengan adat kebiasaan yang bukan dari Islam. Dari segi kehormatan lebih parah lagi, Valentine Day sudah menjelma menjadi ajang pelepasan kehormatan secara massal.
Simak nasihat Allah dan Rasul-Nya kepada manusia berkaitan dengan Valentine Day dan perayaan lainnya yang bukan dari Islam dan segala budaya yang mengajak manusia mendewakan manusia serta nafsunya dan akhirnya meninggalkan Allah.
"Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi Pelindung dan Penolong bagimu." (QS Al-Baqarah [2]:120)
"Kamu akan mengikuti sunnah-sunnah kaum sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta, dan ketika mereka masuk ke lubang biawak pun, kalian tetap mengikutinya." Kami (para sahabat) bertanya: "Wahai Rasulullah! Apakah mereka itu kaum Yahudi dan kaum Nasrani?" Rasul menjawab: "Siapa lagi (kalau bukan mereka-pen)." (HR Al-Bukhari)
Inna lillâhi, ketika syahwat bertopengkan cinta, bagaikan setan bersolek. Namun sayang, mata remaja sulit terbuka karena ditutupi dunia fana.
Pertanyaannya, Valentine Day itu love or lust? Sayang atau syahwat?
izin repost ya :) Sangat bermanfaat
ReplyDeleteSilakan :)
Delete